KH Romli Peterongan Kyai yang tidak pernah di ketahui waktu tidurnya


Kyai Romli berasal dari pondok Pesantren Peterongan Jombang, putera dari Kyai Tamim. Beliau lahir pada tahun 1888 dan wafat 1958 Masehi. Sebagai seorang kyai, sampai sekarang perjuangannya masih selalu dikenang.

Perguruan pondok pesantrennya di Jombang jadi saksi bisu perjuangan beliau, yg hingga kini dan seterusnya akan selalu diteruskan oleh keturunannya. Kyai Romli adalah ayahanda dari KH. Mustain Romli—yg pernah menjadi Pengasuh Pondok Pesantren Peterongan dan rektor di universitas Darul Ulum Jombang.

Semasa hidup, Kyai Romli dikenal sebagai tokoh sesepuh dan mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, sebuah tarekat yang memiliki jamaah sangat besar. Bukan saja hanya di Jawa Timur, namun juga di seluruh pelosok nusantara pada umumnya.

Kyai Romli juga dikenal sebagai kyai yg punya kemampuan linuwih. Pada masa perjuangan melawan penjajah, Kyai Romli melatih dan menyiapkan kader2 yg "tak biasa" untuk melawan Belanda maupun Jepang.

Caranya, dgn membaca Asmaul Husna yg kemudian ditiupkan ke dalam segelas air putih, lalu diberikan pada para santri yg tergabung dalam tentara hizbullah dan sabilillah. Dengan begitu, tertanamlah kepercayaan diri yg mendalam di setiap dada para santri yg siap jiwa dan raga untuk menebus kemerdekaan, tentu saja atas izin Allah.

Menurut catatan A. Helmy Faishal Zein, Kyai Romli—yg kemudian sering dipanggil dgn sebutan Mbah Romli—sejak nyantri di Tebuireng memang memiliki keistimewaan jarang tidur. Bahkan, tidak pernah teman2nya mendapatinya sedang tidur.

Bahkan, Hadhratus Syaikh KH. Hasyim Asy'ari pernah membuat semacam sayembara. Barangsiapa santri Tebuireng yg dapat mengetahui atau memergoki Kyai Romli dalam keadaan tidur, maka yg bersangkutan akan mendapatkan hadiah.

Para santri Tebuireng pun geger, mereka saling berbincang tentang diri Kyai Romli.

"Benarkah Kyai Romli tak pernah tidur?"

Pada hari2 sebelumnya, tak pernah ada santri yg begitu memperhatikan tingkah laku Mbah Romli. Hingga akhirnya, para santri pun bersekongkol untuk melacak bagaimana dan apakah yg dilakukan Kyai Romli dikala semua santri terlelap.

Teryata memang benar, setelah meneliti hari demi hari, bulan demi bulan, sungguh mengherankan, para santri tidak pernah mendapati Mbah Romli tidur saat semua santri terlelap.

Di saat manusia lain mendengkur bersama mimpi, Kyai Romli selalu dalam keadaan duduk terjaga, bertafakkur, berdzikir dan menjadikan malam2nya bagaikan proses peleburan dalam suasana cinta dan kemesraan dgn Yang Maha Agung, Allah SWT.

Bahkan seiring waktu, kedalaman ilmu, kesabaran, dan sikap tawadhu' yang ditunjukkan Kyai Romli membuat Kyai Hasyim Asy'ari tertarik untuk mengangkatnya sebagai menantu.

Demikianlah karomah Kyai Romli yang selalu mendekatkan diri kepada Allah di saat orang lain terlelap dalam tidurnya. Kyai Romli memanfaatkan waktu sepinya dgn berdzikir dan wirid, untuk bertaqorrub kepada Allah.

Kedekatannya pada Sang Pencipta membuat Kyai Romli jadi seseorang yg sangat alim, sabar, wara’, faqih, dan sufi murni. Karena itulah beliau pasti punya banyak murid terkenal dan menjadi kyai besar. Di antaranya KH. Muhammad Abbas (Buntet Cirebon), KH. Muhammad Utsman Ishaq (Sawahpuluh Surabaya), KH. Shonhaji (Kebumen), dan KH. Imron Hamzah (Sidoarjo).

Di samping seorang mursyid, Kyai Romli juga produktif dalam menulis kitab. Di antara kitab2 karangan beliau yg paling ternama: Al Istighotsah bi Hadrati Rabbi al Bariyyah, Tsamratu al Fikriyah, Risalah al Waqi’ah, dan Risalah ash Shalawat an Nariyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar